Pada dasarnya tasaurf menurut
istilah dirumuskan dalam bermacam dimensi, ada pendapat yang berpendapat bahwa Tasauf
itu adalah keasadaran akan adanya dialog dan komunikasi antara roh manusia
dengan sang Pencipta dalam proses mengasingkan diri dan berkontemplasi. Ada juga yang berpendapat bahwa Tasauf
mempunyai tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan berusaha agar bersatu
dengan Allah.
Al-Junaidi
berpendapat bahwa Tasauf berarti bahwa Tuhan menjadikan kamu mati, untuk hidup
kembali didalamNya, Sedangkan Abu Yazid Bustami mengatakan jika aku terhapus
maka Allah adalah kacaNya dalam aku.
Jadi dari beberapa definisi diatas dapatlah kita ambil beberapa
kesimpulan Tasauf secara istilah tidak lain adalah suatu usaha sungguh-sungguh
dengan jalan mengasingkan diri dan meninggalkan sesuatu yang bersifat sifat
duniawi dan memusatkan diri kepaa Allah senhingga bersatu dengannya.
Sejarah
Tasauf
Orang orientalis sebagian
berpendapat bahwa Tasauf berasal dari agama Kristen dengan alasan adanya
interaksi antara orang arab dengan nasrani pada masa jahiliyah maupun pada masa
islam. Selanjutnya adanya persamaan
dalam segi askuti atau sufi dalam mereka melatih jiwa dan ajaran. Cukup banyak orang orientalis beranggapan
persamaan dikemukakan oleh orang-orang tersebut terlalu berlebihan, tiada pokok
dan semu. Menurut pendapat Ignaz
Goldziher mengambil kesimpulan bahwa Tasauf terbagi kedalam dua aliran yaitu
Asketisme, seharipun telah terpengaruh kepemdetaan Kristen. Namun lebih mengakar pada semangat islam dan
para ahli sunnah, yang kedua Tasauf yang
cukup lagi dengan ajaran pengenalan (ma’rifah) pendakian batin (Hal) intuisi
(Wijdan) daro rasa (Dzaug).
Namun dalam
ajaran agama islam, Tasauf merupakan salah satu sifat yang bisa membuat penganut
Tasauf ini semakin decant dengan Allah dalam berbagai tarekat yang ditempuh dan
dijalani. Kalau kita melihat bahwa
esensial dan ajaran tasauf itu adalah pantaisme suatu ajaran , yang mana
Pantaisne merupakan inti atau esensi dari seluruh teori atau seluru dokrin sufi
dalam artian pantaisme atau Al-Wahdah atau Al-Wujud (bersatunya kembali manusia
dengan Tuhan) yang kedua Emanasi yang merupakan Pancaran dari Tuhan dan
terjelmalah Universal (alam semesta) yang serbaneka, yang selanjutnya Monisme
merupakan Tuhan menyatu dengan alam
Haluhat atau
efesial tasauf di atas merupakan sangat
bertentangan dengan islam, karena ketiga hal di atas itu menurut agama Hindu dan
sangat jelas bertentangan dengan ajaran islam.
Disini Maulana Muhammad Ali memberi komentar bahwa : Zat Allah tak
terperikan dan Dia diatas segala konsep kebendaan, sehingga tidak bisa
diangan-angankan, oleh karena itu berkenaan fundamental Allah di satu pihak
dengan alam di pihak lain, sejak awal mula islam telah memberi peringatan
kepada umat manusia agar tidak mendiskusiakan tentang substansial zat Allah. Karena tidak mungkin akal budi manusia
memecahkannya, namun sebaliknya berfikir tenanglah tentang segala ciptaan-Nya
dan dengan cara itu pula manusia akan sampai kepada pengakuan tentang substansial
atau zat Allah.
Dalam hal ini Hasan Al-Banna
berpendapat bahwa “Zat Allah itu Maha Besar untuk dijangkau oleh ‘akal budi
manusia, betapapun tingginya ‘akal budi itu, kekuatan dan kemampuan ‘akal budi
itu terbatas, ‘akal budi manusia dapat mengetahui tentang suatu yang bersifat
alami, akan tetapi ‘akal budi belum mampu mengetahui kekuatan ‘akal budi
itu. Jadi dalam hal ini untuk bekal
pengetahuan bagi keturunan Adam. AS, agar tidak terombang-ambing oleh ketidak
pastian dalam menjawab berbgai problema kehidupan, karena pengetahuan mereka
yang hanya sedikit dan terbatas. Allah SWT senantiasa memeberikan agama dengan
ketentuan syari’atnya untuk menjadikan pedoman melalui Nabi dan Rasul-Nya yang
diutus disetiap kurun zaman. Pengenalan
zat Allah dan melaluii sifat-sifat-Nya dan keterangan-keterasngan lain yang ada
dalam Al-Qur an dengan cara ini kita akan terbebas dari abstraksi dan spekulasi
yang antropotensis (manusia sebagi ukuran kebenaran) untuk menentukan
substansial Allah dan terhindar dari anologi yang mempersonifikasikan Allah.
Dalam pemehaman yang universum,
islam memberikan pandangan yang mana universum ini diciptakan oleh Allah dengan
cara yang teratur dan tujuan yang benar (Haq) bukan dengan tujuan main-main
tanpa tujuan, dengan demikian universum ini mempunyai awal kejadian dan tidak
lahir dengan sendirinya. Masalah alam
semesta menurut teori islam mempunyai titik temu dengan teori Big-Bag pada
dunia illmiah, dan tiada satu pernyataan baik Al-Qur an maupun ulama dan cendekiawan
muslim yang mirip baik secara tersurat maupun tersirat, dengan teori tasauf
tentang lahirnya alam semesta melalui emanasi atau Al-Faid. Denagan demikian teori penciptaan alam secara
lebih rinci menurut islam sangat berbeda teori emanasi alam semesta menurut
tasauf. Sekarang sedikit kita melihat
teori penciptaan manusia menurut islam, untuk membuktikan betapa jauhnya
perbedaan antara teori islam disatu pihak dengan teori tasauf di pihak lain,
dalam islam ada dua unsur yang dapat melahirkan organisme (Makhluk hidup) yaitu
beda pandapat dan cair, dan kedua beda itu bersifat mati (organis). Keterangan masalah ini antara lain terdapat
dalam ayat Ar-Ruum 19 “ Dia (Allah) mengeluarkan dari hidup yang mati dan
mengeluarkan mati dari yang hidup dan menghidupkan bumi yang sudah matinya,
seperti itulah kamu keluar dari kubur”.
Berkenaan dengan ayat ini, Maunice Bacaille menyatakan antara lain :
dalam soal asal kehidupan dalam ayat ini tidak menimbulkan keragu-raguan,
pengertian ayat itu dapat diartikan bahwa tiap-tiap benda hidup (organisme) diciptakan
dari air sebagai bahan bakunya, atau tiap-tiap organisme berasal dari air,
kedua pengertian “air” tersebut adalah sesuai dengan ilmu pengetahuan mereka,
yang mengatakan bahwa kehidupan itu berasal dari air atau air adalah bahan
pertama untuk membentuk sel hidup, tanpa air takkan ada kehidupan.
Hasil-hasil penyelidikan modern
memungkinkan kita berfikir bahwa organisme paling tua adalah terdapat dalam
tumbuh-tumbuhan, telah ditemukan lumat-lumat yang berasal dari lapisan
tanah-tanah tertua, yang diketahuai manusia.
Organisme jenis hewan muncul kemudian , hewan-hewan itu juga berasal
dari lautan. Dengan demikian, baik
mengenai asal kehidupan pada umumnya atau organisme yang hidup diatas bumi air,
yang dikemukakan oleh Al-Quran adalah sesuai dengan ilmu mereka, tidak satupun
menapat tempat dalam Al-Quran tentang mitos-mitos yang tersiar pada Al-Quran
diwahyukan. Berbicara masalah ruh, teori
monisme, dengan emanasi dan panteisme yang dianut oleh golongan Tasauf beranggapan bahwa ruh adalah pancaran
(Emanasi, Al-Fa’id) dari subtansial Tuhan.
Sehingga ia hidup tanpa badan dan kekal artinya tidak mati, walau badan
jasmaniah sudah mati.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar