Sabtu, 28 April 2018

MEMBALAS TUAN QADHI (Kisah Abu Nawas)

Sore hari ketika Abu Nawas sedang mengajar murid-muridnya, datang dua orang tamu.Sseorang laki-laki muda dengan seorang wanita tua. Mereka menemui Abu Nawas, wanita tua itu berkata kepada Abu Nawas jika ia membawa seorang pemuda Mesir kepadanya. Pemuda tersebut sebelumnya seorang yang kaya dan datang ke Bagdad untuk berdagang. Akan tetapi ia sekarang jatuh miskin, semua hartanya dirampas paksa oleh seorang kadi.

Abu Nawas bertanya pada pemuda tersebut,

“Ceritakanlah kepadaku mengapa tuan kadi merampas seluruh hartamu.”

Pemuda Mesir itu kemudian menceritakan semua masalah yang menimpanya kepada Abu Nawas. Setelah mendengar dan memahami apa yang diceritakan oleh pemuda Mesir itu, pemuda dan wanita tua tersebut meninggalkan Abu Nawas.

 Abu Nawas kemudian memerintahkan semua muridnya untuk berhenti belajar dan pulang ke rumah seraya berkata,

“Wahai muridku, pulanglah kalian semua dan kembalilah di malam hari. Ajak semua teman-temanmu dan bawalah semua peralatan yang ada di rumahmu, seperti cangkul, kayu, palu, batu dan apapun yang bisa kamu bawa.”

Murid-murid Abu Nawas kemudian pulang dengan keheranan. Namun mereka yakin bahwa guru mereka tidak pernah memerintahkan mereka sesuatu yang bukan pada kebenaran.

Malam pun tiba. murid-murid Abu Nawas telah berkumpul di rumahnya dengan segala peralatan yang mereka bawa. Lalu berkatalah Abu Nawas kepada murid-muridnya,

“Wahai murid-muridku, pergilah kalian ke rumah tuan kadi kemudian rusaklah rumahnya dengan peralatan kalian bawa hingga menjadi rata dengan tanah.”

Mendengar perkataan gurunya, para murid Abu Nawas mulai bergumam sesamanya. Abu Nawas kemudian memecah kebingungan mereka,

“Janganlah kalian takut, laksanakan apa yang kuperintahkan sebagai gurumu”, kata Abu Nawas kepada muridnya“, jika ada orang yang menghalangimu, katakan saja aku yang menyuruh dan jika ada yang melukai kalian, maka lawanlah mereka.”

Murid Abu Nawas langung menuju ke rumah tuan kadi, orang-orang sekitar merasa resah melihat kelakuan mereka. Namun tidak ada seorangpun yang berani menghentikan karena mereka terlalu banyak dan membawa senjata ditangannya.

Sesampainya di rumah tuan kadi, tanpa bertanya mereka langsung melaksanakan perintah gurunya menghancurkan rumah tuan kadi. Melihat banyak orang yang datang merusak rumahnya, Tuan kadi langsung keluar dan bertanya kepada salah seorang dari mereka,

“Siapa yang menyuruh kalian menghancurkan rumahku?”  Bentak tuan kadi.

 “Guru kami, Abu Nawas,” jawab salah seorang dari mereka.

Mendengar jawaban mereka, tuan kadi sangat marah dan menyebut guru mereka adalah seorang provokator. Murid Abu Nawas kemudian kembali melanjutkan tugasnya memporak-porandakan hingga rumah tuan kadi rata dengan tanah.

Besoknya, tuan kadi melaporkan perbuatan murid Abu Nawas kepada baginda raja. Abu Nawas kemudian dihadirkan di istana untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya terhadap tuan kadi.

Baginda raja bertanya kepada Abu Nawas,

“Kenapa engkau menyuruh para muridmu merusak rumah tuan kadi?”

“Mohon ampun baginda, sesungguhnya perintah hamba kepada para murid hamba bukanlah tanpa alasan. Sesungguhnya alasan hamba ialah pada suatu malam hamba bermimpi bertemu tuan kadi, ia mengatakan kepada hamba jika rumahnya tidak cocok dengannya dan membuatnya tidak nyaman, kemudian ia meminta tolong kepada hamba supaya mengajak murid-murid hamba untuk menghancurkan rumah tersebut.” Jelas Abu Nawas kepada baginda.

“Apakah hanya karena sebuah mimpi engkau bisa jadikan itu pembenaran?, dari mana engkau mengambil hukum itu?”  Tanya baginda.

“Dari tuan kadi, yang mulia.”  Jawab Abu Nawas.

Mendengar Abu Nawas berkata seperti itu, dalam sekejap tuan kadi terdiam dan menjadi pucat wajahnya.

“Apa yang sebenarnya terjadi. Ceritakanlah kepadaku?”  Tanya baginda semakin keheranan.

Abu Nawas kemudian menjelaskan secara rinci,

“Baginda yang mulia, pada suatu hari ada seorang pemuda Mesir kaya yang berdagang di negeri ini. Ia kemudian mendadak jatuh miskin karena hartanya telah dirampas secara paksa oleh tuan kadi ini, dan itu hanya karena sebuah mimpi yang dialami tuan kadi. Tuan kadi bermimpi jika pemuda itu menikahi anaknya dan menyerahkan seluruh hartanya sebagai mahar. Esoknya tuan kadi menemui pemuda tersebut dan meminta semua hartanya diserahkan ke tuan kadi sesuai mimpinya. Tentu saja pemuda itu tidak mau menyerahkannya karena itu hanya sebuah mimpi dan tidak bisa diambil pembenarannya. Namun tuan kadi tetap memaksa dan merampas semua harta pemuda itu hingga dia menjadi seorang gelandangan dan ditolong oleh seorang wanita tua.”  Jelas Abu Nawas.

Untuk meyakinkan baginda raja, Abu Nawas kemudian memanggil pemuda Mesir tersebut dan beberapa saksi yang memang sudah dibawanya ke istana. Baginda raja kemudian meminta pemuda tersebut menjelaskan semua masalahnya, pemuda itu kemudian menuturkan semuanya sebagaimana yang telah dijelaskan Abu Nawas. Baginda Marah besar karena telah mengangkat seorang kadi yang tidaki berakhlak. Beliau kemudian memecat kadi itu serta menyita seluruh hartanya untuk diserahkan kepada pemuda Mesir tersebut.

Pemuda Mesir itu amat berterimakasih kepada Abu Nawas dan hendak memberikannya imbalan atas bantuan kepadanya. Namun Abu Nawas menolak karena bantuanya berdasarkan keikhlasan hati membantu sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar